kabut asap riau kembali melanda
20:22:00
halo minna-san!!
kita amat primatin tiap tahun, kabut asap selalu melanda saat kemarau panjang
Setidaknya ada 5 (lima) alasan, kita patut prihatin atas hal tersebut. Pertama, sekitar 80 persen udara di pulau Sumatera telah diselimuti kabut asap. Jika berbagai pemberitaan tersebut benar, maka dapat dipahami jika berita utama koran hari ini (5/9/2015) memberi judul "Kabut Asap Darurat).
Kedua, menimbulkan kerugian ekonomi yang besar, karena berbagai pelabuhan udara di Sumatera dan bahkan juga di Kalimantan sering ditutup akibat kabut asap. Selain itu, aktivitas ekonomi masyarakat banyak mengalami gangguan lantaran kabut asap.
Ketiga, menimbulkan kerugian sosial karena kabut asap mengancam kesehatan masyarakat. Pemerintah Provinsi Bengkulu misalnya, seperti diberitakan Radio Elshinta (4/9/2015) telah menghimbau kepada masyarakat kalau tidak penting sebaiknya tidak keluar rumah. Jika keluar rumah diminta menggunakan masker.
Keempat, mengganggu aktivitas belajar dari di SD, SMP, SMA dan bahkan di universitas, karena kabut asap mengganggu perjalanan menuju sekolah dan dalam proses belajar-mengajar.
Kelima, menganggu pelayanan masyarakat, karena aparatur pemerintah tidak bisa menjalankan tugas mereka dengan baik akibat kabut asap yang mengancam udara tempat mereka tinggal. Oleh karena itu, kita memberi apresiasi segera turun tangannya Presiden Jokowi untuk mengatasi semakin meluasnya kabut asap di Sumatera, Kalimantan dan berbagai daerah lainnya dengan membentuk satgas penanggulangan kabut asap dengan melibatkan TNI, Kepolisian, BPNB, Pemerintah Daerah, yang dikoordinasikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanaan RI.
Akibat Ulah Manusia Kabut asap yang menyimuti udara Indonesia, pada umumnya akibat ulat manusia.
Pertama, pembakaran hutan untuk berbagai keperluan misalnya untuk land clearing yang dilakukan perusahaan yang mau mengolah untuk kebun sawit.
Kedua, pembakaran hutan yang dilakukan petani berpindah-pindah. Pada musim kemarau dijadikan sebagai momentum untuk menebang kayu dan membersihkannya dengan membakar kayu dan rumput untuk tempat bercocok tanam.
Ketiga, pembakaran yang dilakukan pekebun setelah memanen hasilnya kemudian dibersihkan dengan membakar sisa-sisa tanaman dikebun yang pernah ditanami.
Keempat, pembakaran lahan gambut untuk berbagai keperluan. Sebagaimana diketahui untuk memadamkan lahan gambut sangat sulit karena tidak umumnya kebakaran didalam tanah yang ditumbuhi pepohonan. Api yang membakar lahan gambut memerlukan waktu lama untuk memadamkan dan perlu biaya yang besar.
Kelima, terbakar sendiri atau ada membuang puntung rokok sehingga membakar lahan yang mengalami kekeringan hebat. Ini acapkali terjadi pada musim kemarau panjang seperti sekarang ini.
Apa yang Harus Dilakukan?
Salah satu kelemahan bangsa Indonesia ialah kurang bisa belajar dari pengalaman masa lalu. Hampir setiap tahun terjadi kebakaran lahan di berbagai daerah di Indonesia terutama di Sumatera, sehingga sering mengimpor kabut asap di Singapura dan Malaysia, tetapi pemerintah dan rakyat Indonesia, tidak pernah belajar dari peristiwa kabut asap yang terjadi. Akibatnya peristiwa serupa selalu terjadi dan terus berulang kali kembali. Pertanyaannya apa yang harus dilakukan untuk menyetop kabut asap dan tidak mengulangi kesalahan serupa. Sebagai sosiolog yang awam terhadap masalah tersebut, sebagai pemerintah melakukan hal-hal sebagai berikut.
Pertama, bekerjasama dengan media, tokoh agama dan tokoh adat untuk terus mendidik, mengingatkan, menyadarkan dan mencerdaskan rakyat di pedesaan untuk sadar akan bahaya kebakaran lahan.
Kedua, menegakkan hukum. Siapapun yang melakukan pembakaran hutan, lahan perkebunan dan pertanian harus dihukum.
Ketiga, mencarikan teknologi, di mana petani tetap bisa bercocok tanam tetapi tidak melakukan pembakaran lahan tempat untuk bercocok tanam.
Keempat, merubah pola bercocok tanam dari petani berpindah-pindah kepada petani yang permanen yang tidak membakar lahan atau hutan untuk tempat menanam.
Kelima, memberikan sanksi yang berat kepada pengusaha jika ditemukan melakukan land clearing dengan membakar hutan. Untuk segera memadamkan sumber api yang menyebabkan kabut asap, maka partisipasi dan dukungan masyarakat setempat amat diperlukan. Selain itu, untuk menghentikan ancaman kabut asap yang hampir setiap tahun terjadi, maka kerjasama semua instansi terkait di pusat dan daerah, partisipasi masyarakat dan bahkan dengan pemerintah Singapura dan Malaysia, amat diperlukan. Dengan demikian, di masa depan tidak lagi kejadian serupa selalu terulang.
sumber kompasiana.com
Kedua, menimbulkan kerugian ekonomi yang besar, karena berbagai pelabuhan udara di Sumatera dan bahkan juga di Kalimantan sering ditutup akibat kabut asap. Selain itu, aktivitas ekonomi masyarakat banyak mengalami gangguan lantaran kabut asap.
Ketiga, menimbulkan kerugian sosial karena kabut asap mengancam kesehatan masyarakat. Pemerintah Provinsi Bengkulu misalnya, seperti diberitakan Radio Elshinta (4/9/2015) telah menghimbau kepada masyarakat kalau tidak penting sebaiknya tidak keluar rumah. Jika keluar rumah diminta menggunakan masker.
Keempat, mengganggu aktivitas belajar dari di SD, SMP, SMA dan bahkan di universitas, karena kabut asap mengganggu perjalanan menuju sekolah dan dalam proses belajar-mengajar.
Kelima, menganggu pelayanan masyarakat, karena aparatur pemerintah tidak bisa menjalankan tugas mereka dengan baik akibat kabut asap yang mengancam udara tempat mereka tinggal. Oleh karena itu, kita memberi apresiasi segera turun tangannya Presiden Jokowi untuk mengatasi semakin meluasnya kabut asap di Sumatera, Kalimantan dan berbagai daerah lainnya dengan membentuk satgas penanggulangan kabut asap dengan melibatkan TNI, Kepolisian, BPNB, Pemerintah Daerah, yang dikoordinasikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanaan RI.
Akibat Ulah Manusia Kabut asap yang menyimuti udara Indonesia, pada umumnya akibat ulat manusia.
Pertama, pembakaran hutan untuk berbagai keperluan misalnya untuk land clearing yang dilakukan perusahaan yang mau mengolah untuk kebun sawit.
Kedua, pembakaran hutan yang dilakukan petani berpindah-pindah. Pada musim kemarau dijadikan sebagai momentum untuk menebang kayu dan membersihkannya dengan membakar kayu dan rumput untuk tempat bercocok tanam.
Ketiga, pembakaran yang dilakukan pekebun setelah memanen hasilnya kemudian dibersihkan dengan membakar sisa-sisa tanaman dikebun yang pernah ditanami.
Keempat, pembakaran lahan gambut untuk berbagai keperluan. Sebagaimana diketahui untuk memadamkan lahan gambut sangat sulit karena tidak umumnya kebakaran didalam tanah yang ditumbuhi pepohonan. Api yang membakar lahan gambut memerlukan waktu lama untuk memadamkan dan perlu biaya yang besar.
Kelima, terbakar sendiri atau ada membuang puntung rokok sehingga membakar lahan yang mengalami kekeringan hebat. Ini acapkali terjadi pada musim kemarau panjang seperti sekarang ini.
Apa yang Harus Dilakukan?
Salah satu kelemahan bangsa Indonesia ialah kurang bisa belajar dari pengalaman masa lalu. Hampir setiap tahun terjadi kebakaran lahan di berbagai daerah di Indonesia terutama di Sumatera, sehingga sering mengimpor kabut asap di Singapura dan Malaysia, tetapi pemerintah dan rakyat Indonesia, tidak pernah belajar dari peristiwa kabut asap yang terjadi. Akibatnya peristiwa serupa selalu terjadi dan terus berulang kali kembali. Pertanyaannya apa yang harus dilakukan untuk menyetop kabut asap dan tidak mengulangi kesalahan serupa. Sebagai sosiolog yang awam terhadap masalah tersebut, sebagai pemerintah melakukan hal-hal sebagai berikut.
Pertama, bekerjasama dengan media, tokoh agama dan tokoh adat untuk terus mendidik, mengingatkan, menyadarkan dan mencerdaskan rakyat di pedesaan untuk sadar akan bahaya kebakaran lahan.
Kedua, menegakkan hukum. Siapapun yang melakukan pembakaran hutan, lahan perkebunan dan pertanian harus dihukum.
Ketiga, mencarikan teknologi, di mana petani tetap bisa bercocok tanam tetapi tidak melakukan pembakaran lahan tempat untuk bercocok tanam.
Keempat, merubah pola bercocok tanam dari petani berpindah-pindah kepada petani yang permanen yang tidak membakar lahan atau hutan untuk tempat menanam.
Kelima, memberikan sanksi yang berat kepada pengusaha jika ditemukan melakukan land clearing dengan membakar hutan. Untuk segera memadamkan sumber api yang menyebabkan kabut asap, maka partisipasi dan dukungan masyarakat setempat amat diperlukan. Selain itu, untuk menghentikan ancaman kabut asap yang hampir setiap tahun terjadi, maka kerjasama semua instansi terkait di pusat dan daerah, partisipasi masyarakat dan bahkan dengan pemerintah Singapura dan Malaysia, amat diperlukan. Dengan demikian, di masa depan tidak lagi kejadian serupa selalu terulang.
sumber kompasiana.com
Minna-san semua mohon doanya ya , untuk menghentikan kabut asap ini , walaupun ryoko tinggal di Padang,Sumatra Barat tapi disini juga ada titik api, dan kabut asap juga melanda , akibatnya dalam minggu ini , kegiatan sekolah diliburkan, ryoko sedih banget , soalnya dalam minggu ini ryoko belajar pelajaran matematika , pelajaran yang paling ryoko suka :( , dan jadwal UTS juga diundur akibat kabut asap ini
4 Cute Ota
Kasihan banget yang daerahnya terlanda kabut asap.. :( semoga saja Kabut Asap cepat reda dan aktivitas berjalan normal kembali... AMIN
ReplyDeletemakasih atas doa nya ya Neira :')
DeleteKabut asap kalau dilihat itu sepertinya nggak parah. Tapi waktu dirasain parah banget *astaugfirullah...* aku berdoa semoga aja cepat reda, ya! Samasama Ryoko
ReplyDeleteiya, Amin....
DeletePenting!!
*blog ini butuh saran & kritik jadi diharapkan semua memberi komentar
*gunakanlah kalimat yang sopan dan baik
*jangan berkata kasar atau kotor
*jangan bikin spam